Jumat, 21 Juni 2013
Metodologi Studi Islam
BAB I
PEMBAHASAN
A. Iman kepada Allah
Imam Ibnu Hibban dan al-Hakim meriwayatkan dari Abu Sa’id
al-Khudri dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda:
قال
موسى: يا ربّ علمنى شيأ اذكرك وادعوك به. قال ياموسى : "لااله الاّالله"
قال :يا ربّ, كلّ عبادك يقولون هذا, قال: ياموسى, لو انّ السموات السبع وعامرهنّ
غيري والارضين السبع فى كفة ولا اله الا الله فى كفّة مالت بهنّ لااله الا الله
Musa berkata: “Wahai Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu
yang dapat kupergunakan untuk memuji dan menyebut-Mu. “Allah menjawab: “Wahai
musa, ucapkanlah la illa Allah! “Musa berkata: “Wahai Tuhanku, semua hamba-Mu
telah mengucapkannya.” Tuhan berkata: “Tidak apa-apa. Sekiranya tujuh lapis
langit dan tujuh lapis bumi beserta isinya, selain Aku, diletakkan pada satu
sisi timbangan dan pada sisi timbangan lainnya diletakkan kalimat la ilaha illa
Allah, niscaya timbangan yang berisi kalmat la ilaha illa Allah akan lebih
berat dari sisi timbangan yang satunya lagi.”
Kalimat la ilaha illa Allah atau biasa disebut kalimat
thayyibah adalah suatu pernyataan pengakuan tentang keberadaan Allah Yang Maha
Esa: Tiada Tuhan selain Dia. Ia merupakan bagian dari lafad syahadatain yang
harus diucapkan oleh seseorang yang akan masuk dan memeluk agama islam. Bentuk
pernyataan pengakuan terhadap Allah berimplikasi pada pengakuan-pengakuan
lainnya yang berhubungan dengan-Nya, seperti zat Allah, sifat-sifat Allah,
kehendak Allah perbuatan Allah, malaikat Allah, para nabi dan utusan Allah,
hari kiamat, serta surga dan neraka. Ia merupakan refleksi dari tauhid Allah
yang menjadi inti ajaran islam. Oleh karena itu, ia yang merupakan kalimat yang
terdapat dalam hadist qudsi ini sangat sarat nilai. Pengakuan terhadap
keberadaan Allah berarti menolak keberadaan tuhan-tuhan lainnya yang dianut
oleh para pengikut agama selain islam.
B. Kemustahilan menemukan zat Allah
Allah adalah Maha Esa, baik dalam zat, sifat maupun
perbuatan. Esa dalam zat artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian
yang terpotong-potong dan Dia pun tidak mempunyai sekutu. Esa dalam sifat
berarti bahwa tak seorang pun yang memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki
oleh Allah. Dan esa dalam perbuatan ialah bahwa tidak ada seseorang pun
yang mampu mengerjakan sesuatu yang menyerupai perbuatan Allah.
Allah dengan sifat rahman dan rahim-Nya, telah membekali
manusia dengan akal dan pikiran untuk digunakan dalam menjalankan kehidupannya.
Akal pikiran itu merupakan cirri keistimewaan manusia, sekaligus faktor pembeda
antara manusia dan makhluk lainnya. Manusia dapat mencari taraf kehidupan yang
mulia melalui akal pikirannya, sebaliknya manusiapun dapat terpuruk ke
kehidupan yang hina melalui akalnya. Akal, sekalipun telah dipergunakan dengan
sungguh-sungguh, keberadaannya tetap dalam ruang lingkup yang terbatas. Artinya
ada sejumlah persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal. Salah satu
persoalan yang tidak diselesaikan oleh akal adalah zat Allah. Dalam Al-quran
Allah berfirman,”Allah tidak akan dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia
dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui.” (QS.
Al-An’am: 103)
C. Argumen keberadaan Allah
Ada teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang
mendukung keberadaan Tuhan, adalah sebagai berikut:
1. Paham yang mengatakan bahwa alam
semesta ini ada dari yang tidak ada, ia terjadi dengan sendirinya.
2. Paham yang mengatakan bahwa alam
semesta ini berasal dari sel (jauhar) yang merupakan inti.
3. Paham yang mengatakan bahwa alam
semesta itu ada yang menciptakan
Teori pertama tampaknya sudah sangat tidak
relevan. Ia dapat ditolak dengan teori sebab-akibat. Menurut teori kausalitas,
adanya sesuatu itu disebabkan adanya sesuatu yang lain. Dengan demikian, menurut
teori ini alam semesta tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui proses
penciptaan, yang karenanya tentu ada yang menciptakan.
Al-farabi, dengan teori pancaran (enamasi)-nya, mengatakan
bahwa alam semesta ini adalah hasil pancaran dari wujud kesebelas atau akal
kesepuluh. Selain al-Farabi, ibnu Sina membangun sebuah teori yang disebut
teori wujud (filsafat wujud). Teori wujud dibangun dalam upaya membuktikan
aksistensi Tuhan. Menurut teori ini, sifat wujud lebih penting dari sifat-sifat
lainnya, meskipun sifat esensi (mahiyah) sendiri. Esensi, menuruynya, terdapat
pada akal sedangkan wujud berada di luar akal. Wujud menjadikan esensi yang
berada di dalam akal mempunyai kenyataan di luar akal. Oleh karena itu, masih
menurut teori ini, esensi itu ada yang mustahil berwujud (mumtani’ al-wujud),
ada yang mungkin berwujud (mungkin al-wujud) atau tidak mungkin berwujud (gair
mumkin al-wujud), dan ada pula yang mesti berwujud (wajib al-wujud). Dalam
wajib al-wujud, esensi tidak mungkin berpisah dari wujud. Wajib al-wujud adalah
Tuhan yang terjadi dengan sendirinya.
Teori yang kedua yang mengatakan bahwa alam semesta
ini berasal dari sel. Menurutnya, sel tidak mungkin mampu menyusun dan
memperindah sesuatu seperti yang terjadi pada struktur alam semesta.
Teori ketiga yang ketiga mengatakan bahwa alam semesta alam
semesta ada yang menciptakan adalah teori yang bersesuaian dengan pemikiran
akal yang sehat. Oleh karena itu, ia, baik secara ‘aql maupun naql yang dapat
diterima. Masalah yang kemudian muncul dari teori ketiga adalah : siapakah yang
menciptakan alam semesta ini?. Menurut doktrin islam, yang hal ini pun menjadi
akidah dan keyakinan umat islam, pencipta alam semesta ini ialah Tuhan. Jawaban
itu membawa kepada pengertian bahwa Tuhan itu ada.
Iman kepada Allah adalah doktrin utama dalam islam yang
tidak dapat ditawar-tawar lagi. Ia adalah dimensi ta’abudi yang terkait dengan
petunjuk dan pertolongan Allah atas hamba-Nya. Tanpa hidayah dari Allah, akan
sulit bagi siapa pun untuk dapat mempercayai-Nya.
Terminology iman tidak hanya sekedar kepercayaan dan
pengakuan akan adanya Allah, tetapi mencakup dimensi pengucapan dan perbuatan.
Keyakinan atau pengakuan merupakan gerbang pertama keimanan. Keyakinan itu
adanya di hati. Ia merupakan bentuk pengakuan yang sungguh-sungguh tentang
kebenaran adanya Allah Yang Maha Esa. Keyakinan ini, selanjutnya diikuti dengan
suatu pernyataan lisan dalam bentuk melafalkan dua kalimah syahadat: “Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusan Allah.”
Dua unsur iman, keyakinan dan pertanyaan lisan,
disempurnakan oleh unsur yang ketiga, yaitu perbuatan (amal). Unsure ketiga
menunjukan bahwa iman itu memerlukan perbuatan atau kerja yang nyata. Dengan
demikian, orang yang mengaku berima kepada allah tidak cukup dengan adanya
keakinan akan adanya Allah yang selanjutnya di ucapkan dengan lisan, tetapi
harus sampai pada bentuk-bentuk pengamalan segala ajaran-Nya
Dalam doktrin keimanan ini kita menemukan beberapa doktrin
lain yang di nyatakan dalam al-qur’an : Allah itu Esa dan tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan segala mhkluk mengabdi dan meminta pertolongan. Oleh karena itu,
doktrin islam menyatakan bahwa Allah adalah Pencipta, Pemelihara, Penguasa, dan
Pemberi rezeki kepada hamba-Nya.
Konsekuensi logis dari iman kepada Allah adalah keharusan
mengimani ajaran Allah dan segala yang datang dan bersumber dari Allah, seperti
mengimani malaikat Allah, kitap-kitap Allah, hal-hal yang gaib seperti hari
kiamat, alam kubur, surge dan neraka.
D. Iman kepada malaikat, kitab, dan
rasul Allah
1. Malaikat Allah
Malaikat adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dari al-nur
(cahaya), seperti diterangkan dalam hadist riwayat Imam Muslim yang menjelaskan
bahwa Allah Swt mencptakan dari cahaya, jin dari nyala api, dan Adam dari
tanah. Penciptaan malaikatlebih dulu dari penciptaan manusia. Ketika Allah Swt
berkehendak menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, Dia memberitahukan
rencana-Nya itu kepada malaikat sehingga terjadi dialog antara Dia dan malaikat.
Malaikat termasuk makhluk ruhani yang bersifat ghaib. Mereka
bukan kelompok makhluk berwujud jasmaniah yang dapat diraba, dilihat, dicium,
dan dirasakan karena mereka beradadi alam yang berbeda dengan alam manusia.
Tidak seorangpun mengetahui hakikat malaikat kecuali Allah
Swt dan orang-orang yang telah ditentukan-Nya, karena tidak didapatkan satu nas
pun yang menjelaskan bentuk dan hakikat malaikat. Akan tetapi, dalam keadaan
tertentu malaikat menampakkan dirinya dalam rupa manusia atau bentuk lain yang
dapat dicapai oleh rasa dan penglihatan manusia. Antara malaikat yang satu
dengan yang lainnya memiliki beberapa perbedaan, seperti kedudukan dan pangkat
yang hanya di ketahui oleh Allah Swt.
Tugas malaikat itu ada yang dikerjakan di alam ruh dan ada
pula yang dikerjakan di alam dunia. Tugas malaikat di alam ruh ialah menyucikan
atau bertasbih serta taat dan patuh sepenuhnya kepada Allah Swt, memikul Arsy,
memberi salam kepada ahli surga, dan menyiksa para ahli neraka. Adapun tugas
malaikat di alam dunia ialah menurunkan wahyu yang diemban oleh malaikat
jibril. Ia disebut juga ruh al-amin, atau ruh al-qudus. Adapun tugas
malaikat-malaikat yang lainnya adalah sebagai berikut:
·
Malaikat
mikail mengatur perjalanan bintang-bintang , menentukan musim seperti
menurunkan hujan dan panas serta menurunkan rezeki
·
Malaikat
Jibril (malak maut) mencabut nyawa
·
Malaikat
israfil bertugas meniup sangkal kala atau nafiri ketika terjdi kiamat besar
·
Malaikat
Raqip dan Atidbertugas mencatat segala perbuatan manusia Raqib berada di
sebelah kanan manusia yang mencatat perbuatan baik, dan Atid berada di sebelah
kiri yang mencatat perbuatan buruk
·
Malaikat
Mungkar dan Nakir bertugas memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur
·
Malaikat
Malik bertugas menjaga neraka, tempat manusia menerima sanki sebagai balasan
perbuatan buruk mereka ketika hidup di dunia
·
Malaikat
Ridwan bertugas menjaga syurga, tempat kebahagiaan manusia sebagai ganjaran
atas perilaku baik mereka di dunia.
Jumlah
malaikat itu banyak sekali dan tidak diketahui secara pasti. Hal ini seperti yang
terjadi pada perang Badar ketika Allah Swt menurunkan beribu-ribu malaikat yang
membantu kaum Muslimin untuk melawan musuh islam, yaitu bangsa Quraisy. Akan
tetapi, dari jumlah mereka yang banyak itu yang wajib diimani hanya sepuluh
malaikat seperti yang telah dikemukakan terdahulu.
2. Kitab-kitab Allah
Ayat-ayat
Allah Swt yang merupakan ajaran-ajaran dan tuntunan itu dapat dibedakan menjadi
menjadi dua:
Pertama, ayat-ayat yang tertulis di dalam kitab-Nya
Kedua, ayat-ayat yang tidak tertulis, yaitu alam asemesta
Ayat-ayat yang tertulis terformulasikan dalam empat kitab:
Al-qur’an, injil, taurat, dan zabur yang masing-masing diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw, Nabi Isa a.s, Nabi Musa a.s, dan Nabi Daud a.s. keempat kitab itu
disebut kitab-kitab langit, karena kitab-kitab itu diyakini umat Islam sebagai
firman Allah yang diwahyukan kepada para nabi dan rasul. Hanya saja,
kitab-kitab selain Al-qur’an sudah terkontaminasi oleh manusia sebagaimana
diberitakan dalam beberapa ayat dalam Al-qur’an. Islam mengajarkan bahwa
mempercayai dan mengimani semua kitab-kitab Allah itu adalah wajib. Ia
merupakan konsekuensi logis dari pembenaran terhadap adanya Allah Swt. Oleh
karena itu, tidak sepantasnya seorang mukmin mengingkari kitab-kitab tersebut.
a.
Al-qur’an
Al-karim
Al-quran yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW
diturunkan selama 22 tahun lebih dan di turunkan di duakota Mekah dan Madinah.
Al-quran di bagi menjadi 30 juz dan terdiriatas 114 surat.
Al-Quran merupakan kitab langit terakhir yang di turunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi terakhir pula.Sebagai kitab terakhir, Alquran
menempati posisi yang sangat penting, ia memilikisejumlah keistimewaan apabila
di bandingkan dengan Kitab-kitab sebelumnya.Di antara keistimewaannya adalah
sebagai pelanjut, penyempurna dalam arti penambah dan pengurang atas muatan
kitab-kitab sebelumnya dan keberlakuannya tidak di batasi waktu. Secara rinci
keistimewaannya adalah sebagai berikut:
ü pertama Al-quran memuat ringkasan
ajaran-ajaran yang di bawa oleh ketiga Kitab sebelumnya.Di samping itu, ia pun
memperkokoh kebenaran yang di ajarkan oleh kitab-kitab sebelumnya, seperti
aspek keesaan dan keimanan kepada Allah,keimanan kepada para Rasul, pembenaran
atas adanya hari akhir, surga dan neraka serta keharusan berakhlak mulia.
ü Kedua sebagai kitab terakhir,Al-quran
memuat kalm Allah terakhir yang berperan sebagai petunjuk dan pemimpin bagi
manusia di dunia.Oleh karena itu kemurnian isinya sangat terjaga dan
terpelihara dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.
ü Ketiga keberlakuan Al-quran tidak di batasi
oleh ruang dan waktu.
ü Keempat Al-quran merupakan kitab suci agama
islam, karena islam merupakan agama dakwah, maka Al-quran pun harus di
sebarluaskan atau didakwahkan.Agar dakwah itu mudah dicerna dan di pahami,
Allah telah mewahyukan kalam-Nya itu dengan bahsa yang sangat mudah.
b.
Kitab
Injil
Kitab Injil adalah firman Allah yang
di wahyukan kepada Nabi Isa a.s.Ia hanyadi syariatkan untuk untuk umat Nbi Isa
a.s, yaitu kaum Nasrani. Oleh karena itu, keberlakuan Injil di batasi oleh
waktu, yaitu sampai saat dating dan di utus nya Nabi Muhammad SAW. Mengimani
kitab-kitab selain Al-quran , termasuk kitab Injil, merupakan doktrin
dari rukun iman yang ketiga.
Pada mulanya kitab yang di sebut
terakhir ini hanya memuat kalm Allah.Tetapi pada perkembanganya ternyata
mengalami perubahan, yaitu dengan masuknya tulisan-tulisan para pengikut Nabi
a.s sehingga berubah dari bentuk dan isinya yang asli. Hal ini diisyaratkan
oleh Allah .
c.
Kitab
Taurat
Taurat merupakan firman Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Musa a.s. untuk membimbing Bani Israil. Oleh karena itu,
keberlakuan kitab ini pun dibatasi, yaitu sampai tiba Kitab Allah berikutnya.
Ia pun wajib diimani oleh umat Islam dan banyak disebutkan di dalam Al-qur’an.
Isi utama dari kitab Aurat adalah
Sepuluh perintah Tuhan yang diterima oleh Nabi Musa a.s. di bukit Tursina atau
gunung Sinai. Sepuluh perintah Tuhan itu adalah:
1.
Hormati
dan cintailah satu Allah
2.
Sebutkanlah
nama Allah dengan hormat
3.
Sucikanlah
hari Tuhan, yaitu hari sabtu setelah bekerja 6 hari seminggu
4.
Hormatikanlah
ibu dan bapak
5.
Dilarang
membunuh
6.
Dilarang
berzina
7.
Dilarang
mencuri
8.
Dilarang
berdusta
9.
Jangan
ingin berbuat cabul, dan
10.
Jangan
ingin memiliki barang orang lain dengan cara yang tidak halal.
d.
Kitab
Zabur
Istilah Zabur, yang kata jamaknya zubur, di dalam Al-qur’an
terdapat pada beberapa tempat. Yang di maksud zabur dalam tulisan ini ialah
firman Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi Dawud a.s Zabur, dalam bahasa arab
disebut juga dengan mazmur, dalam jamaknya mazamir, dalam bahasa ibrani disebut
mizmor, dalam bahasa Suriani disebut mazmor, dan dalam bahasa Ethiopia disebut
mazmur.
e.
Rasul-Rasul
Allah
Doktrin Islam mengajarkan agar setiap orang Islam beriman
kepada semua rasul yang diutus oleh Allah Swt tanpa memberdayakan antara satu
rasul dengan rasul lainnya. Secara bahasa rasul (Inggris, messenger, apostle)
adalah orang yang diutus. Artinya, ia diutus untuk menyampaikan berita rahasia,
tanda-tanda yang akan datang, dan misi atau risalah. Secara terminologi, rasul
berarti orang yang diutus oleh Allah Swt untuk menyampaikan wahyu kepada
umatnya.
Dalam mengartikan rasul dan nabi, para ulama terbagi dua
kelompok. Kelompok pertama mempersamakan arti keduanya: dan kelompok kedua
membedakannya. Menurut kelompok yang disebutkan terdahulu, baik rasul maupun
nabi sama-sama menerima wahyu yang harus disampaikan kepada umatnya. Adapun
menurut kelompok yang disebutkan terakhir, hanya rasul yang mempunyai kewajiban
untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya, sementara nabi tidak dibebani
kewajiban itu.
Rasul adalah manusia biasa yang dipilih oleh Allah Swt dari
keturunan yang mulia yang diberi berbagai keistimewaan, baik akal pikiran
maupun kesucian rohani. Keistimewaan para rasul merupakan bekal agar mereka
cukup kuat mengemban berbagai kewajiban yang dikandung dalam risalah, di
samping agar mereka menjadi suri teladan bagi umatnya. Sebagai manusia biasa,
rasul adalah seperti layaknya manusia lainnya yang suka makan minum, tidur,
hubungan seksual, terkene penyakit, seperti yang di alami Nabi Ayyub a.s .
diantara tugas yang diemban oleh para rasul adalah :
ü Mengajarkan tauhid dengan segala
sifat-sifat-Nya
ü Mengajak manusia agar hanya
menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah
ü Mengajarkan kepada manusia agar
memiliki moral atau akhlak yang mulia
ü Mengajarkan kepada manusia
norma-norma kehidupan agar selamat di dunia dan di akhirat
ü Mengajak manusia agar bersemangat
dalam bekerja dan berusaha serta menjauhkan sifat-sifat malas sehingga terjadi
keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat
ü Mengajak manusia agar tidak
mengikuti hawa nafsu
ü Menyampaikan berita-berita yang
bersifat gaib, seperti malaikat, surga dan neraka, alam kubur dan alam akhirat.
Dalam rangka menyampaikan tugas risalahnya, para rasul dilengkapi dengan
berbagai bekal keutamaan seperti kitab, mukjizat, dan sifat-sifat kemuliaan.
Adapun sifat-sifat yang diberikan Allah kepada rasul adalah sebagai berikut:
1.
Shiddiq,
artinya jujur dan benar serta terhindar dari dusta atau bohong
2.
Amanah,
artinya dapat dipercaya dan terhindar dari sifat khianat
3.
Tabliqh,
artinya menyampaikan dan terhindar dari sifat al-kitman atau menyembunyikan
sesuatu
4.
Fathanah,
artinya bijaksana dan brilian serta terhindar dari sifat al-jahl atau bodoh
5.
Ma’shum,
artinya senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah sehingga apabila malakukan
kekeliruan, langsung mendapat teguran dan koreksi dari Allah.
f.
Alam Gaib
Manusia itu tersusun atas dua unsur: tubuh kasar dan ruh.
Ruh adalah urusan Allah yang termasuk gaib. Ketika manusia mati, ruh tidak ikut
mati tetapi kembali kea lam arwah. Oleh karena itu, akal pikiran manusia tidak
mampu menerangkan ruh dengan jelas.
Kematian merupakan pintu bagi manusia untuk memasuki alam
kedua, alam kubur, atau biasa disebut alam barzah. Para ulama mengartikan alam
barzah sebagai periode antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Keberadaan
di alam barzah memungkinkan seseorang dapat melihat kehidupan dunia dan
akhirat. Ia bagaikan suatu ruangan kaca yang penghuninya bisa melihat ke bagian
depan berupa hari kemudian dan ke arah belakang pentas kehidupan dunia.
Kehidupan di alam barzah bisa menyenangkan, bisa juga menyedihkan, bergantung
pada perbuaan dalam kehidupan dunia. Jika amalnya baik, baik pula kehidupan
alam kuburnya, jika amal dunianya buruk, buruk pula kehidupan alam kuburnya.
Setelah alam barzah, manusia memasuki kehidupan tahap
ketiga, yaitu alam akhirat. Alam ini di mulai dengan peniupan sangkalkala yang
pertama saat terjadinya hari kiamat yang pada saat itu pula segala makhluk
mengalami kerusakan dan kematian kecuali malaikat israfil yang akan meniup
sangkalkala yang kedua. Tiupan sangkalkala merupakan tiupan untuk membangkitkan
makhluk dari kematian yang selanjutnya digiring dan dikawal oleh para malaikat
untuk berkumpul di padang Mashar (tempat berkumpul untuk menghadapi pengadilan
Allah). Pengadilan itumenggunakan timbangan yang sangat adil. Setelah melalui
proses pengadilan, manusia terbagi kedua kelompok: penghuni syurga, dan
penghuni neraka. Syurga adalah tempat kebahagiaan dan neraka tempat penyiksaan.
BAB II
KESIMPULAN
Iman kepada Allah adalah Doktrin utama dalam islam yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi. Ia adalah dimensi Ta’abbudi yang terkait dengan
petunjuk dan pertolongan Allah atas Hambanya. Tidak mungkin kita bisa
menghitung seluruh doktrin yang ada dalam islam dan memang tidak ada tuntutan
untuk mengetahui semua doktrin dalam islam, tapi ada beberapa doktrin sentral
yang seharusnya diketahui oleh seorang mislim, doktrinsentral tersebut
meliputi; Allah,Wahyu, Rasul, Manusia, Alam Semesta, serta Eskatologi (hari
kiamat). Bentuk pernyataan pengakuan terhadap Allah terinflikasi pada
pengakuan-pengakuan lainnya yang berhubungan dengan Dzat Allah, sifat-sifat
Allah, kehendak Allah, perbuatan Allah, malaikat Allah, para Nabi dan
utusan Allah, hari kiamat, surga dan neraka.
DAFTAR PUSTAKA
Atang Abd hakim, Metodelogi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009.
Langganan:
Postingan (Atom)