Pa'diesseng-Ku Cappo !!

Chat Box !! Sudut Kanan !!


Get this .

Followna' Gatti' On twitter !!

Klik PLAY Untuk MP3 !!


music online

Makalah

TAFSIR II ( AYAT-AYAT TENTANG SYIRIK)
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dhai’ful iiman (lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara membabi-buta).
Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para dukun sebagai narasumber yang sangat mereka agungkan.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dhai’ful iimaan (lemahnya iman). Seorang yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden, atau selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap memikat hati orang banyak.
Taqliid sebab yang ketiga. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman,“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.’ Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Al-A’raf: 28).
B.     Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian syirik ?
  2. Ayat-ayat yang berkaitan Syirik ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Syirik
Menurut Bahasa, Kata Syirik berasal dari akar “Syarokah” (شرك ) yang berarti sekutu, sejawat (Partner). Ibnu Faaris rahimahullaah (395 H) mengatakan :
      “Kata Syirik menunjukkan makna muqooronah (berbanding atau bersamaan dalam sesuatu) dan khilaaf infirood (lawan dari kesendirian)... yaitu manakala sesuatu dimiliki berdua, tidak dimiliki sendiri”
Syirik artinya mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Orang yang melakukan syirik disebut musyrik. Seorang musyrik melakukan suatu perbuatan terhadap makhluk (manusia maupun benda) yang seharusnya perbuatan itu hanya ditujukan kepada Allah seperti menuhankan sesuatu selain Allah dengan menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya, menaatinya, atau melakukan perbuatan lain yang tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah SWT.
      Syirik, yaitu kepercayaan terhadap suatu benda yang mempunyai kekuatan tertentu atau juga mempercayai hal-hal selain Allah Swt. Orang yang mempercayai hal tersebut dinamakan Musyrik. Sedangkan orang yang musyrik itu adalah orang yang mempersekutukan.
Sedangkan Menurut Istilah Terminologi, Syirik adalah menjadikan adanya tuhan selain Allah SWT. Dalam bentuk perbuatan. Memnurut kajian akidah, syirik artinya menyekutukan sesuatu dengan Allah SWT yang bersifat, zat, dan af’alnya.
Perbuatan syirik termasuk dosa besar. Allah mengampuni semua dosa yang dilakukan hambanya, kecuali dosa besar seperti syirik. Firman Allah SWT:
¨bÎ) ©!$# Ÿw ãÏÿøótƒ br& x8uŽô³ç ¾ÏmÎ/ ãÏÿøótƒur $tB tbrߊ y7Ï9ºsŒ `yJÏ9 âä!$t±o 4 `tBur õ8ÎŽô³ç «!$$Î/ Ïs)sù #uŽtIøù$# $¸JøOÎ) $¸JŠÏàtã ÇÍÑÈ
Artinya :
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang  besar. (QS. An-Nisaa’: 48)

B.     Ayat-ayat yang berkaitan tentang syirik

1.      Surah An-Nisa ayat 48
bÎ) ©!$# Ÿw ãÏÿøótƒ br& x8uŽô³ç ¾ÏmÎ/ ãÏÿøótƒur $tB tbrߊ y7Ï9ºsŒ `yJÏ9 âä!$t±o 4 `tBur õ8ÎŽô³ç «!$$Î/ Ïs)sù #uŽtIøù$# $¸JøOÎ) $¸JŠÏàtã ÇÍÑÈ
Artinya :
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa’ :4: 48)
Penjelasan :
bÎ) ©!$# Ÿw ãÏÿøótƒ br& x8uŽô³ç ¾ÏmÎ/

Ada dua Macam Syirik kepada Allah :
·         Syirik dalam masalah Uluhiyyah, yaitu perasaan akan adanya kekuasaan lain selain kekuasan Allah Swt dibelakang sebab-sebab dan sunnah-sunnah alam.
·         Syirik dalam masalah Rububiyah, yaitu mengambil sebagian hukum-hukum agama berupa penghalalan dan pengharaman dari sebagian manusia dengan meninggalkan wahyu. Inilah yang diisyaratkan oleh Al-Qur’an di dalam Firman-Nya :
  (#ÿräsƒªB$# öNèdu$t6ômr& öNßguZ»t6÷dâur $\/$t/ör& `ÏiB Âcrߊ «!$# yxÅ¡yJø9$#ur šÆö/$# zNtƒötB !$tBur (#ÿrãÏBé& žwÎ) (#ÿrßç6÷èuÏ9 $Yg»s9Î) #YÏmºur ( Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd 4 ¼çmoY»ysö7ß $£Jtã šcqà2̍ô±ç ÇÌÊÈ
Artinya :
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah[639] dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka Hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Maksudnya: mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.
Nabi Saw. Menafsirkan, mereka menjadikan tuhan-tuhan selain Allah dengan jalan menaati dan mengikuti hukum-hukum halal dan haram yang mereka tetapkan.
           
Sejak berabad-berabad syirik dalam Ulihiyyah dan Rububiyyah ini telah menjalar ke dalam tubuh kaum muslimin.

Di dalam ayat terdapat isyarat kepada penamaan ahli kitab dengan kaum musyrikin. Seakan-akan Allah berfirman kepada mereka, “Janganlah kalian terpedaya oleh kebersandaran kalian kepada kitab-kitab dan para Nabi, sedangkan kalian telah menghancurkan asas agama dengan syirik yang tidak akan diampuni oleh Allah.           

Hikmah dari tidak diampunkannya syirik, bahwa agama disyariatkan tidak lain untuk mensucikan diri dan membersihkan ruh serta meningkatkan akal. Syirik menghilangkan semua ini, karena ia merupakan akhir kemana akal jatuh. Dari situ lahirlah seluruh kekotoran yang merusak individu dan kelompok. Dan dengan syirik itu orang-orang selain mereka atau seperti mereka akan mensucikan dan tuduk kepada mereka, dengan anggapan bahwa kekuasaan tertinggi ada ditangan mereka, dan bahwa mereka senang dan menaati mereka berarti membuat Allah senang dan taat kepada-Nya.
Dengan tauhid, seseorang dimerdekakan dari ikatan pembudakan diri terhadap seseorang di antara manusia atau terhadap sesuatu diantara perkara-perkara samawi maupun ardi, dan dia menjadi orang yang merdeka lagi mulia, hanya tunduk kepada Allah yang seluruh makhluk tunduk kepada sunnah-sunnahNya dengan apa yang telah ditegakkanNya, berupa ikatan sebab dengan musabab.
Ringkasnya, ruh para muwahhidin (orang-orang yang menegaskan Allah) menempati kedudukan yang tinggi, tidakakan diturunkan oleh dosa-dosa kepada jurang, tempat ruh orang-orang musyrik berada. Sebab, meskipun orang musyrik melakukan berbagai kebaikan, namun ruhnya tetap gelap karena penghambatan dan kedudukan kepada selain Allah ; dan meskipun para muwahhidin berdosa, namun dosa mereka tidak menjatuhkan kedudukan ruhnya lantaran kebaikannya telah mengalahkan keburukannya. Dan jikalau berada dalam keadaan lalai terhadap Rabbnya, maka keadaan itu  tidak akan berlangsung lama, sebagaimana firman Allah Swt :
#sŒÎ) öNåk¡¦tB ×#Í´¯»sÛ z`ÏiB Ç`»sÜø¤±9$# (#r㍞2xs? #sŒÎ*sù Nèd tbrçŽÅÇö7B ÇËÉÊÈ
Artinya
.......Bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.
                Mereka segera berbuat dan menghapus kesalahan dengan melakukan kebaikan, sehingga bekasnya lenyap dari dirinya. Itulah ampunan-Nya.

â ä!$t±ot y`yJÏ97Ï9ºsŒ brߊã $tB Ïÿøótƒur
Allah akan mengampuni dosa selain syirik kepada siapapun yang dikehendakinya di antara hamba-hamba-Nya yang berdosa. Kehendak Allah Ta’ala sesuai dengan kebijaksanaan dan bherdasarkan hukum sunnah-Nya pada makhluk. Sunnah-Nya telah berlaku, bahwa dia tidak akan mengampuni dosa-dosa yang tidak ditaubati oleh pelakunya dan tidak diikuti dengan kebaikan yang dapat menghilangkan bekasnya dari diri pelaku.
            Ringkasnya, karena akibatnya yang dapat ,merusak diri syirik dapat menimbulkan siksaan di dunia dan akhirat. Sedangkan selain syirik tidak akan sampai kepada derajatnya di dalam merusak diri; ampunanya mungkin dan berkaitan dengan kehendak ilahi. Di antaranya ada yang pengaruh buruknya sangat kuat terhadap diri, ada pula yang lemah, yang dihapus dengan amal shaleh.

¨â 4 `tBur õ8ÎŽô³ç «!$$Î/ Ïs)sù #uŽtIøù$# $¸JøOÎ) $¸JŠÏàtã ÇÍÑÈ
Barang siapa yang menjadikan sekutu-sekutu Allah Yang Mendirikan Langit dan bumi, baik dengan jalan mengadakan, maupun dengan mengharamkan dan menghalalkan, sesungguhnya ia telah membuat dosa yang bahayanya sangat besarm sehingga karena kebesarannya itu seluruh dosa dan kesalahan dipandang kecil. Ia patut untuk diampuni, sedangkan lainnya dapat hilang dengan pengampunan.
2.      Surah Al- Luqman 31 : Ayat 13

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ –١٣-

Terjemahan:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Tafsir surah Al- luqman 31 : Ayat 13
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia memberikan nasihat kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu benar-benar merupakan kezaliman yang besar.”
Wa idz qāla luqmānu libnihī (dan [ingatlah] ketika Luqman berkata kepada anaknya), Salam.
Wa huwa ya‘izhuhū (saat dia memberikan nasihat kepadanya), yakni saat dia melarang anaknya dari keburukan dan menyuruhnya melakukan kebaikan.
Yā bunnayya la tusyrik billāh, innasy syirka (“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu), yakni syirik kepada Allah Ta‘ala itu.
La zhulmun ‘azhīm (benar-benar merupakan kezaliman yang besar”), yakni benar-benar merupakan dosa yang sangat berat hukumannya dalam Pandangan Allah Ta‘ala.

Asbabun Nuzul Surat Al-Luqman ayat 13

Ketika ayat ke-82 dari surat Al-An’am diturunkan,para sahabat merasa keberatan. Maka mereka datang menghadap Rasulullah SAW, seraya berkata “Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang dapat membersihkan keimanannya dari perbuatan zalim ?”.Jawab beliau “ Bukan begitu,bukanlah kamu telah mendengarkan wasiat Lukman Hakim kepada anaknya : Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.

Allah menjelaskan bahwa luqman telah diberi hikmat, karena itu luqman bersyukur kepada Tuhannya atas semua nikmat yang telah dilimpahkan Nya kepada dirinya.Allah SWT mewasiatkan kepada mereka supaya memperlakukan orang-orang tua mereka dengan cara yang baik dan selalu memelihara hak-haknya sebagai orang tua. Luqman menjelaskan kepada anaknya, bahwa perbuatan syirik itu merupakan kezaliman yang besar.Imam bukhori telah meriwayatkan sebuah hadist yang bersumber dari Ibnu Mas’ud ,Ia telah menceritakan, bahwa ketika ayat ini diturunkan ,yaitu firmannya :


            Surat Al-Luqman ayat 13 di pandang dari segi pendidikan bagi peserta didik ;


·        Mengajarkan pada peserta didik untuk tidak menyekutukan Allah, Walaupun seandainya perintah menyekutukan Allah datang dari orang tua (ibu dan bapak), maka perintah tersebut tetap harus ditolak.
Kewajiban bagi peserta didik untuk berbakti kepada ibu bapaknya dengan cara berlaku santun dan lemah lembut.
·        Mengajarkan peserta didik untuk selalu menjalankan perbuatan amar ma’ruf dan nahi munkar.
·        Mengajarkan peserta didik untuk menjalankan hubungan manusia dengan melakukan perbuatan baik, sikap dan perilaku dalam pergaulan, serta kesedehanaan dalam berkomunikasi dengan sesama.
3.      Surah Az – Zumar 39 : Ayat 3

أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ -٣-

Terjemahan:

“Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan Memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar “.

Tafsir surah Az – Zumar 39 : Ayat 3

Ingatlah, hanya Kepunyaan Allah-lah agama yang murni itu. Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain-Nya (berkata), “Kami tidak menyembah mereka (berhala-berhala itu) melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan Memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak akan Menunjuki orang-orang yang pendusta lagi sangat ingkar.
Alā lillāhi (ingatlah, hanya Kepunyaan Allah-lah) semua manusia.
Ad-dīnul khālish (agama yang murni), yakni beragama secara ikhlas dan tidak terkontaminasi oleh apa pun.
Wal ladzīnattakhadzū (dan orang-orang yang mengambil), yakni yang menyembah.
Miη dūnihī (selain-Nya), yakni selain Allah Ta‘ala. Mereka adalah orang-orang kafir Mekah.
Auliyā-a (sebagai pelindung), yakni sebagai tuhan-tuhan: al-Lata, al-‘Uza, dan Manat. Mereka berkata:
Mā na‘buduhum illā li yuqarribūnā ilallāhil zulfā (“Kami tidak menyembah mereka [berhala-berhala itu] melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya), yakni kedekatan dalam meraih kedudukan dan syafaat.
Innallāha yahkumu bainahum (sesungguhnya Allah akan Memutuskan di antara mereka) dan kaum Mukminin.
Fī mā hum fīhi (tentang apa yang mereka padanya), yakni mengenai persoalan agama.
Yakhtalifūn (berselisih), yakni pertentangkan.
Innallāha lā yahdī (sesungguhnya Allah tidak akan Menunjuki), yakni tidak akan membimbing kepada Agama-Nya.
Man huwa kādzībun (orang-orang yang pendusta) terhadap Allah Ta‘ala.
Kaffār (lagi sangat ingkar) kepada Allah Ta‘ala. Mereka adalah orang-orang Yahudi, Nasrani, Bani Malih, Majusi, dan kaum musyrikin Arab.

Asbabun Nuzul AZ ZUMAR 39 :  Ayat 3

Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
(az-Zumar: 3)
Diriwayatkan oleh Jawaibir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (az-Zumar:3) turun berkenaan dengan tiga suku bangsawan: ‘Amir, Kinanah, dan Bani Salamah, yang menyembah berhala. Mereka menganggap bahwa malaikat itu putri-putri Allah, serta penyembahan terhadap berhala-berhala itu hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ayat ini (az-Zumar: 3) turun sebagai penegasan dari Allah bahwa ucapan mereka itu hanyalah dusta belaka dan kedustaannya itu akan dibuktikan kelak di akhirat.

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Syirik yaitu kepercayaan terhadap suatu benda yang mempunyai kekuatan tertentu atau juga mempercayai hal-hal selain Allah Swt. Orang yang mempercayai hal tersebut dinamakan Musyrik. Sedangkan orang musyrik itu adalah orang yang mempersekutukan.
Pengertian Musyrik menurut istilah yaitu orang yang menyembah dan mengakui adanya Tuhan selain Allah atau menyamakan sesuatu dengan Allah, baik Zat, Sifat, ataupun perbuatan-Nya.
Sikap syirik dapat merusak, bahkan dapat menggugurkan aqidah Islam. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati jangan sampai gerak hati, ucapan, dan perbuatan kita terbawa kedalam kemusyrikan. Sebab ada syirik kecil dan syirik besar. Syirik kecil dapat berubah menjadi syirik besar.
















DAFTAR PUSTAKA

Subhani, Ja’far, Tauhid Dan Syirik, (Bandung: Mizan, 1996).
Wahhab, Muhammad Bin Abdul, Tegakkan Tauhid Tumbangkan Syirik, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000).
Tim Penyusun, Akidah Akhlak al-Hikmah, (Surabaya: Akik Pusaka, 2008).

 

 
BAB I PENDAHULUAN 


A. Latar Belakang Masalah 

Salah satu abad terpenting dalam sejarah kehidupan manusia adalah abad keenam sesudah masehi. Menjelang pertengahan abad ini, dunia berada dalam keadaan gelap dan parah dengan keadaan spiritual yang merusak kehidupan spiritual manusia. Keserakahan dan tirani telah menjarah kesejahteraan moralnya, dan penindasan telah melumpuhkan mayoritas penduduknya. Bangsa-bangsa yang dulunya pernah merdeka dan produktif , peradaban tertua di dunia , seperti Assyria, Phunisia dan Mesir, kini tidak berkutik di bawah ancaman dan cengkraman Serigala Romawi. Sementara peradaban Babilonia yang menderita akibat dominasi Persia yang sama-sama tiranisnya, hanya di bolehkan hidup marginal (terpinggirkan) sementara semua kekayaan negerinya, tanah subur antara dua sungai yakni Eufrat dan Tigris dieksploitasi untuk memenuhi perbendaharaan para kaisar Persia dan kaki tangannya. Bangsa Arab yang tanahnya terletak antara Imperium Persia dan Romawi, merupakan sebuah negeri yang menyedihkan. Agama mereka yang sebenarnya merupakan monoteisme paling murni, yakni Agama Nabi Ibrahim telah diselewengkan oleh generasi demi generasi. Ketika manusia melupakan sumber mulia kehidupan batinnya dan secara tamak sibuk dengan kehidupan dunia dan kemegahannya, seorang Rasul diutus oleh Allah untuk menunjukkan kepada jalan yang telah dilupakan, dan memperingatkan mereka akan ajaran yang telah dilalaikan atau diabaikannya. Tetapi selama jangka waktu yang lama tidak terlihat tanda-tanda dan terdengar firman Allah. Zaman itu menjadi titik nadir (terendah) dalam pemikiran manusia. . Karena banyaknya ramalan tentang kedatangnnya, setiap orang menunggu kedatangan Nabi Muhammad Saw di era kegelapan sejarah manusia, manusia menunggu orang yang akan menghancurkan keingkaran dan kemungkaran serta akan meniupkan kehidupan baru ke dunia ini. Yudaisme dan Kristen, yang aslinya adalah agama samawi (berasal dari Allah), tidak bisa menyangkal. Orang-orang mempelajari kitab-kitab lama tanpa prasangka, khususnya Pendeta Buhairah sedang menunggu kedatangannya. Berkata Karlil Mengenai Muhammad : “Kelahiran Muhammad adalah merupakan sumber cahaya yang menerangi kegelapan”. Dan berkata Sir Muyer : “Belum ada usaha perbaikan yang lebih sulit dan lebih jauh jangkaunnya dari pada saat munculnya Muhammad. Tapi kita belum melihat suatu keberhasilan dan perbaikan yang sempurna sebagaimana yang telah ditinggalakan olehnya saat meninggal Dunia”. Dan berkata Leonardo : “Kalau di atas bumi ini ada orang yang benar-benar mengerti tentang Allah, kalau di atas bumi ini ada orang yang berlaku ikhlas terhadapnya dan meninggal dalam berkhidmat kepadanya dengan tujuan yang mulia, dan dengan dorongan yang besar, maka sesungguhnya orang itu adalah Muhammad. Tanpa ragu lagi , seorang Nabi dari bangsa Arab”. Tersebut dalam ensiklopedia Britania “Sesungguhnya Muhammad mempunyai keberhasilan yang belum pernah dicapai oleh seorang Nabi atau oleh pembangun agama di seluruh zaman”. Dan berkata Buzurth : “Bahwa sesungguhnya Muhammad adalah mutlak pembangun terbesar tanpa ada pertentangan pendapat”. Adapun Muhammad dalam pandangan Umat Islam, adalah seorang pahlawan utama. Sedang menurut pandangan para pemikir dari agama-agama lain dia adalah pembangun umat terbesar, diakui mutlak. Oleh karena itu tidak patut kita berbicara tentang kepahlawanan tanpa mendahulukan tentang kepahlawanan Muhammad SAW. 

B. Permasalahan 

Mengacu pada latar belakang permasalahan di atas penulis dapat menfokuskan diri untuk membahas : 

  1. Bagaimana kondisi masyarakat jahiliyah sebelum datangnya Islam (lahirnya Nabi Muhammad SAW)?
  2. Seperti apakah kehidupan Rasulullah Saw sebelum kenabian? 
  3. Sejauh manakah rintangan dan penolakan masyarakat Quraisy terhadap pelaksanaan dakwah Nabi Muhammad Saw? 
  4. Bagaimana strategi dakwah Nabi Muhammad Saw sebagai pemimpin agama? 
  5. Bagaimana kedudukan Nabi sebagai kepala negara? 

C. Tujuan / Kegunaan Adapun tujuan / kegunaan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut : 
  1. Untuk mengetahui kondisi masyarakat jahiliyah sebelum datangnya Islam (lahirnya Nabi Muhammad Saw). 
  2. Untuk mengetahui kehidupan Rasulullah Saw sebelum kenabian. 
  3. Untuk mengetahui rintangan dan penolakan masyarakat Quraisy terhadap pelaksanaan dakwah Nabi Muhammad Saw. 
  4. Untuk mengetahui strategi dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw sebagai pemimpin agama.
  5. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Nabi sebagai kepala negara. 

BAB II PEMBAHASAN 
  •  Kondisi masyarakat Arab sebelum datangnya Islam Nabi Muhammad pertama kali muncul pada saat manusia kehilangan pengetahuan mereka yang berbalik menyembah berhala berupa batu, tanah, roti, dan bahkan keju. Pikiran dan moral mereka sangat rusak sehingga mereka akan memotong-motong berhala dan memakannya. Satu-satunya dalil yang mereka nyatakan adalah bahwa mereka mengikuti jejak nenek moyang mereka. Mereka juga mengubur putri mereka hidup-hidup. Wanita dipandang rendah, bukan hanya di Arab pra Islam saja tetapi juga di kawasan Romania dan Sassanid. Setelah Muhammad memikul risalah kenabian, seorang sahabat menceritakan kepadanya apa yang pernah ia lakukan kepada putrinya: Wahai Rasulullah, dulu saya punya anak perempuan, suatu hari saya meminta pada ibunya untuk didandani sebab saya akan membawanya pada pamannya. Istriku yang malang tahu apa arti hal ini tetapi tidak dapat berbuat apa-apa kecuali patuh dan menangis. Ia mendandani anak perempuan itu yang sangat gembira karena akan bertemu dengan pamannya. Saya membawanya kebibir sumur dan menyuruhnya untuk melihat kedalam. Saat dia sedang melongok kesumur, saya tendang dia masuk kedalamnya. Saat ia melayang jatuh dia berteriak: ayah..ayah… Saat dia menceritakan kisah ini, Nabi menangis terisak-isak seolah-olah dia telah kehilangan salah satu kerabat dekatnya. Hati telah mengeras, setiap hari sebuah lubang digali di gunung untuk bayi, mengubur bayi tak berdosa. Manusia lebih brutal dan kejam daripada hiyena (sejenis macan). Yang kuat menindas yang lemah. Kebrutalan dilakukan atas kemanusiaan, kekejaman, disetujui, haus darah dipuji, pertumpahan darah dianggap kebaikan, dan perzinahan serta perselingkuhan lebih lazim ketimbang perkawinan yang sah. Struktur keluarga dihancurkan.
  • Kehidupan Rasulullah Saw Sebelum Kenabian Nabi Muhammad dibesarkan dalam pengawasan Allah SWT karena ayahnya Abdullah telah meninggal sebelum beliau lahir yang berarti beliau harus menaruh semua kepercayaan kepada Allah SWT dan tunduk sepenuhnya kepadaNya. Suatu saat beliau berjalan ke kuburan ayahnya di Madinah beberapa tahun kemudian dan beliau menangis dalam hatinya, saat beliau kembali dan berkata “Aku menangisi ayahku dan memohon agar Allah mengampuninya”. Dengan kematian ayahnya Allah mencabut darinya semua sokongan dan mengarahkannya menuju kesadaran bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah yang tiada sekutu baginya. Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk kota Mekkah. Melalui kegiatan penggembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian, beliau ingin melihat sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan perenungan membuatnya jauh dari nafsu duniawi sehingga beliau terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda beliau dikenal dengan sebutan al-amin, orang yang terpercaya. Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang Syiria (Syam) dalam usia baru 12 tahun dimana kafilah itu dipimpin langsung oleh Abu Thalib pamannya. Dalam perjalanan ini, di Busrah, sebelah selatan Syiria, ia bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta itu melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk-petunjuk cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa Pendeta itu menasehatkan Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syiria, sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda tersebut akan berbuat jahat kepadanya. Cerita ini dikuatkan oleh Martin Lings dalam bukunya bertajuk Muhammad; Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik. Pada halaman 43 sampai 45, Martin Lings yang memiliki nama lain Abu Bakar Siraj al-Din ini telah berhasil dengan baik menjelaskan perihal tanda-tanda kenabian Muhammad. Jadi Nabi Muhammad memang telah diciptakan sebagai orang besar sebelum diberi wahyu dan sebelum menjadi rasul. Sejak kecil beliau sudah menghindarkan diri dari penyembahan berhala yang dianggap tuhan oleh nenek moyangnya dan merupakan sumber kejayaan di seluruh Jazirah Arabia saat itu. Dan sejak kecil beliau adalah anak yang senantiasa berkata benar dan menunaikan janjinya, dicintai dan dihormati oleh kalangan kaumnya sehingga kaumnya memanggil beliau dengan sebutan “al-Amin”. 
  • Tantangan dan Penolakan Arab Quraisy Terhadap Seruan Nabi Muhammad Saw Muhammad telah datang kepada kaumnya dengan membawa suatu ajakan yang apabila diterima maka berubalah semua tatanan hidup mereka. Jadi dakwah Nabi Muhammad itu tidak hanya menyangkut agama mereka semata-mata tapi mencakup keseluruhan lapangan kehidupan. Misalnya; kehidupan politik, kemasyarakatan, harta dan tata rumah tangga mereka. Adalah tidak dengan secara otomatis dan begitu mudah mereka untuk meninggalkan apa-apa yang mereka dapat dari nenek moyang dan apa-apa yang sudah berlaku di negeri mereka. Oleh karena itu, mereka menolak dan menghardik pembawanya agar mau kembali kepada warisan yang telah nenek moyang mereka tinggalkan dan mau mengagungkan apa saja yang mereka anggap mulia. Perhatikanlah kepadanya ketika musuh-musuhnya menyerbu dengan senjata cemoohan yang merupakan senjata paling ampuh untuk membunuh kemauan keras dan paling ampuh mematikan semangat para pejuang. Senjata cemoohan ini lebih menikam daripada siksaan dan penekanan. Sekali waktu berdirilah Nabi Muhammad di atas Bukit Shafa sambil berseru kepada orang-orang Quaraisy. Setelah mereka datang semua untuk mendengarkan seruan beliau, lalu beliaupun memberikan peringatan kepada mereka akan adanya hari perhitungan Allah Swt. Mereka seketika meninggalkan Nabi Muhammad dan berlalu pergi, bahkan paman beliau sendiri Abu Lahab berkata kepadanya; “ Celakalah Kau Hai Muhammad! Hanya untuk inikah kau memanggil kami……?” Mereka berpesan satu sama lain ; “Jangan kamu dengarkan dengan sungguh akan Al-qur’an ini dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya supaya kamu dapat mengalahkannya (mereka)”. Bahwa mereka faham benar bahwa senjata cemooh sangat ampuh untuk melawan dakwah daripada penekanan dan penyiksaan, sehingga mereka tidak akan bisa melupakan cemoohan itu. Maka mereka takut, mereka bahkan bertambah congkak. Seorang diantara mereka berkata dan mengejek ; “Hai orang-orang Quraisy, tahukah anda sekalian apa itu pohon Zakum yang disebut Muhammad untuk menakut-nakuti kalian? Zakum itu sebenarnya ialah sejenis kurma Yastrib yang jelek terdapat di Zubdi”. 
  • Strategi Dakwah Nabi Saw Sebagai Pemimpin Agama Salah satu pelajaran berharga yang harus diambil dari Rasulullah Saw adalah cara Rasulullah mengelola dakwah beliau agar bisa diterima oleh seluruh masyarakat, mungkin sebagian orang berpendapat apa susahnya menyampaikan pesan suci kepada masyarakat karena cara menyampaikannya ini tidak ada bedanya dengan cara menyampaikan pesan-pesan yang lain. Pada saat Allah Swt menurunkan wahyu pertama kali pada Muhammad Saw di gua hira, maka dengan demikian Allah telah mendeklarasikan beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul bagi kaumnya. Setelah Muhammad Saw secara resmi memperoleh kenabian, maka tugas selanjutnya menyampaikan risalah islamiyah kepada seluruh ummat manusia. Rasulullah diberikan oleh Allah Swt dengan kebijaksanaan, kesabaran, kekuatan jiwa, dan kekuatan menghadapi tantangan. Dengan modal tantangan tersebut rasulullah dipanggil untuk bangkit berhadapan dengan kaumnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Al-Mudatsir; 1-3:          “Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah!” Ayat ini mengajak dan memerintahkan Rasulullah Saw untuk menyampaikan risalahnya itu, beliau tidak langsung dalam kancah masyarakat, tetapi terlebih dahulu ditujukan kepada perorangan, terutama pada keluarga terdekat dan hal ini sesuai dengan perintah Allah Swt dalam surah Al-Syua’ara; 214:     “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah orang pertama kali yang menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Tholib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang pertama yang masuk Islam. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bi Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada nabi dan masuk Islam dihadapan nabi sendiri. Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah memeluk agama Islam. Langkah dakwah selanjutnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segala lapisan masyarakat kepada Islam terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hambah sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Disamping itu, ia juga menyeru orang-orang yang datang ke Mekkah dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tidak punya. Meskipun kebanyakan mereka orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh membaja. Badri Yatim dalam bukunya menjelaskan, ketika pemimpin-pemimpin Quraisy menyadari kekuatan Muhammad semakin besar, mereka semakin beringas dalam melawan dakwah Rasul. Hingga suatu saat mereka melakukan pemboikotan kepada Bani Hasyim dalam hal pemutusan hubungan jual beli. Dalam keadaan seperti ini kaum muslimin semakin terpuruk, hingga pada akhirnya Rasul memutuskan untuk hijrah ke Yatsrib dimana sebelum peristiwa ini terjadi Rasul telah mengalami banyak peristiwa penting dalam hidupnya yang menuntut kesabaran.
  • Posisi Nabi Muhammad sebagai kepala Negara Sebagai Rasul beliau bertugas sebagai penyampai dan pen-syarah keseluruhan wahyu yang diterimanya kepada manusia sebagaimana Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 44 :     ••       (…Dan kami turunkan kepadamu Al-qur’an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan). Sebagai pembuat hukum sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 105:        ••     Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu. Dan firman Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 157:                    (Nabi menyuruh mereka mengerjakan dan menghalalkan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka) Dan sebagai teladan bagi ummat manusia sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Ahzab ayat 21:                   (Sesungguhnya yang ada pada (diri)Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dia banyak menyebut nama Allah). Dalam ayat-ayat tersebut ditemukan bahwa Muhammad Saw sebagai Rasul, bukan hanya penyampai dan penjelas keseluruhan wahyu Allah, tetapi juga diberi hak legislasi atau hak menetapkan hokum bagi manusia dan hak menertibkan kehidupan masyarakat, karenanya, beliau disebut contoh tauladan yang baik bagi manusia dalam kapasitas beliau sebagai pemimpin agama sekaligus kepala negara. Dalam sejarah Islam peristiwa Bai’at Aqabah dan perjanjian tertulis yang melahirkan Piagam Madinah, dapat diidentifikasikan sebagai praktek kontrak sosial. Karena dalam peristiwa-peristwa itulah Nabi memperoleh kekuasaan politik dan keabsahan untuk mengatur dan memimpin rakyat Madinah. Dalam hal ini Munawir Sjadzali dalam bukunya berjudul Islam dan Tata Negara telah mengutip bahwa Piagam Madinah terdiri atas 47 butir, beliau menyimpulkan bahwa : “batu-batu dasar yang telah diletakkan oleh Piagam Madinah sebagai landasan bagi kehidupan bernegara untuk masyarakat majemuk di Madinah adalah :
  1. Semua pemeluk Islam, meskipun berasal dari banyak suku tetapi merupakan satu komunitas,
  2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara anggota komunitas Islam dengan anggota komunitas-komunitas lainnya didasarkan atas prinsip-prinsip : 
a). bertetangga baik;
b). saling membantu dalam menghadapi musuh bersama;
c). membela mereka yang teraniaya;
d). saling measehati dan;
e). menghormati kebebasan beragama”.

Dengan demikian, kekuasaan politik yang diperoleh Nabi berdasarkan nash dan fakta-fakta historis tersebut, bukan menurut teori kekuatan. Karena kehadirannya di Madinah bukan dengan jalan kekuatan dan penaklukan melainkan diundang oleh gelongan-gelongan Arab di kota itu dan atas perintah wahyu. Hak dan kekuasaan politik itu beliau peroleh dari Allah yang dalam teori politik disebut teokrasi, juga beliau peroleh melalui perjanjian masyarakat yang disebut kontrak sosial. Ini adalah kombinasi yang luar biasa. Menurut al-Balqini tugas kepala negara untuk melaksanakkan fungsi negara adalah menegakkan hukum yang telah ditetapkan, membela umat dari gangguan musuh, melenyapkan penindasan dan meratakan penghasilan negara bagi rakyat. Bagi al-Baghdadi, fungsi negara yang harus dilaksanakan kepala negara adalah melaksanakan undang-undang dan pengaturan, melaksanakan hukuman bagi pelanggar hukum, mengatur militer dan megelola zakat serta pajak. Selanjutnya al-Mawardi berpendapat bahwa fungsi negara yang harus diwujudkan kepala negara adalah menjamin hak-hak rakyat dan hukum Tuhan, menegakkan keadilan, membangun kekuatan untuk menghadapi musuh, melakukan jihad terhadap orang yang menentang Islam, memungut pajak dan zakat, meminta nasihat dan pandangan dari orang-orang terpercaya, dan kepala negara harus langsung mengatur urusan umat dan agama, dan meneliti keadaan yang sebenarnya. Tugas-tugas seperti tersebut di atas juga dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Saw. Beliau membuat undang-undang dalam bentuk tertulis, mempersatukan penduduk Madinah untuk mencegah konflik-konflik di antara mereka agar terjamin ketertiban interen, menjamin kebebasan bagi semua golongan, mengatur militer, memimpin peperangan, melaksanakan hukuman bagi pelanggar hukum, menerima perutusan-perutusan dari luar Madinah, mengirim surat-surat kepada para penguasa di Jazirah Arab, mengadakan perjanjian damai dengan tetangga agar terjamin keamanan eksteren, mengelola zakat dan pajak serta larangan riba di bidang ekonomi dan perdagangan untuk menjembatani jurang pemisah antara golongan kaya dan miskin, dan menunjuk para sahabat untuk menjadi hakim di daerah-daerah luar Madinah serta mendelegasikan tugas-tugas kepada para sahabat. Tugas yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Saw tersebut menunjukkan kesamaan dengan konsep dan teori politik dan kenegaraan tentang tugas kepala negara dan dengan demikian posisi beliau di samping seorang Rasul juga dapat dikatakan sebagai kepala negara.

Karena itu, Watt menyebut Nabi Muhammad Saw sebagai seorang negarawan dengan mengemukakan empat alasan :
  1. Muhammad Saw memiliki bakat sebagai seorang yang mampu melihat sesuatu sebelum terjadi karena didukung wahyu dan kejeniusannya, 
  2. Kearifannya sebagai negarawan, beliau tunjukkan dalam menerapkan struktur ajaran Al-Qur’an yang global secara kongkrit melalui kebijaksanaannya yang tepat, 
  3. Reformasi di bidang sosial yang berwawasan jauh yang ditunjang oleh strategi politik yang akurat, 
  4. Beliau mempunyai kemampuan sebagai administrator dan arif dalam menunjuk pembantunya untuk melaksanakan tugas-tugas administrator. Semakin jelas dengan komentar Watt di atas bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang handal baik itu dalam hubungan dia sebagai kepala agama maupun kepala pemerintahan. Sehingga tidaklah mengherankan kalau seorang Michael H. Hart dalam bukunya yang berjudul Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, menempatkan Muhammad bin Abdullah sebagai tokoh nomor wahid dalam panggung sejarah dunia.

BAB III PENUTUP 

Merunut uraian yang telah dikemukakan terkait dengan materi makalah “Nabi Muhammad Saw sebagai Pemimpin Agama dan Kepala Negara” maka penulis dapat menarik konklusi sebagai berikut:
  1. Kota Mekkah adalah salah satu kota yang penting di Negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya yang strategis sebagai kota jalur perdagangan juga sebagai kota tempat berziarah bagi penyembah berhala. Sebelum datangnya Islam masyarakat Arab Quraisy telah mengenal agama samawi yang sudah berkembang baik Nasrani maupun Yahudi yang pada akhirnya diselewengkan. 
  2. Jauh sebelum Muhammad menjadi Rasul dan Nabi, beliau sudah dikenal oleh masyarakat Quraisy sebagai pemuda tangguh, ulet, tegar, jujur, dan bisa dipercaya sehingga mendapat julukan al-Amin. 
  3. Pada hakekatnya tantangan dan rintangan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad Saw dalam melaksanakan dakwahnya, tidak terlepas dari persoalan politik, sosial, budaya dan ekonomi. Masyarakat Quraisy yang begitu brutal dan jahil selalu berupaya menggagalkan misi beliau dalam menyiarkan agama Islam. Meski kemudian kemenangan berpihak pada Rasulullah dan umat muslim. 
  4. Strategi dakwah Nabi di Mekkah adalah strategi yang sangat tepat dengan melaksanakan dakwah secara rahasia mengingat kondisi yang tidak memungkinkan untuk misinya. Secara bertahap beliau akhirnya berdakwah secara terang-terangan dengan bantuan dari para sahabatya. Hingga kemudian Allah memerintahkan untuk hijrah ke Madinah, dan di sanalah pintu kemenangan satu demi satu digapai dan pada gilirannya Mekkah bisa ditaklukkan dan dikuasai oleh umat Islam di bawah pimpinan Rasulullah. 
  5. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Rasulullah adalah pola pemerintahan yang sangat sempurna, yakni mandat Ilahi yang terkombinasikan baik dengan kontrak sosial. Beliau tidak hanya menjadi pemimpin kaum muslimin tapi juga seluruh kalangan baik lintas agama, kabilah, suku dan kepercayaan. 
DAFTAR PUSTAKA 

Al Qur’anul Karim Abdurrahman Azam, Keagungan Nabi Muhammad Saw, Cet III, 1997. Al-Ismail, Tahiya, Sejarah Ringkas Muhammad Saw, Perjuangan dan Peribadatannya mengembankan Risalah Tauhid, Cet,2. Penerjemah. A Nasir Budiman ; Jakarta, PT Raja Grapindo Persada,2001. Al-Ismail, Tahiya, Tarikh Muhammad, Teladan Perilaku Ummat, Cet,2. Penerjemah. A Nasir Budiman ; Jakarta, PT Raja Grapindo Persada, 1996. Al-Maliki,Alwi. Tanda-Tanda Kenabian Muhammad, Cet 1 diterjemahkan olehIdrus A. Alkaff; Surabaya, Putra Pelajar, 2001. Azis. Saifullah, Wafatnya Rasulullah Muhammad Saw, Cet. 1 Surabaya, Putra Pelajar 2002. H. Hart, Michael, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Penerjemah Mahbub Djunaidi, Jakarta, PT. Dunia Pustaka Jaya, 1982. Iyad Ibn Musa Al-Yashubi, Keagungan Kekasih Allah Muhammad Saw, Keistimewaan Personal Keteladanan Berisalah. Cet 1. Penerjemah, Gufron. A. masadi, PT Raja Grapindo Persada, 2002. J.Suyuti Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah Ditinjau Dari Pandangan Al-Qur’an, Cet.II; PT Raja Grapindo Persada, 1996. M. Fethullah Gulen, Versi Teladan Kehidupan Rasulullah Muhammad Saw. Cet I 2002. Lings, Martin, Muhammad; Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Edisi I, Penerjemah Qamaruddin SF, Jakarta, PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002. M.Rawas Qal’ah, Menyibak Tabir Kepribadian Agung Rasul Muhammad Saw. Penerjemah. Dede Koeswara, Jakarta, Mahabbah Pustaka. Murtadha Mutahharu. Cara Lain Melihat Sejarah Nabi, Sirah Sang Nabi, penerjemah Salman Nano. Jakarta: Alhuda. 2006. Rahman, Fazlur, Nabi Muhammad Sebagai Pemimpin Militer, Cet I : Jakarta Sinar Grafika Offset, 2002. Ridho, Muhammad, Muhammad Rasulullah Saw, Beirut; Darul Kutub Ilmiyyah. Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Cet. I, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, 1990. Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Cet XXII; PT Raja Grapindo Persada,2010.